Program adaptasi dan pembauran orang penyandang cacat

Program adaptasi menunjuk pada fase pendidikan jasmani yang memenuhi kebutuhan seseorang yang, karena gangguan fisik, cacat fungsional yang mampu diperbaiki lewat aktivitas fisik, atau kekurangan lainnya, secara sementara atau permanen tidak mampu mengambil bagian dalam program pendidikan jasmani reguler. Istilah ini juga menunjuk pada salah satu segmen signifikan dari sebuah populasi siswa atau mahasiswa yang tidak masuk dalam kategori “rata-rata” atau “normal” untuk usia atau kelas mereka. Para siswa ini menyimpang dari rekan-rekan mereka dalam hal fisik, mental, emosional, atau karakteristik sosial atau gabungan dari sifat-sifat ini.
   
Prinsip perbedaan individu yang berlaku bagi pendidikan secara keseluruhan juga berlaku bagi pendidikan jasmani. Kebanyakan pimpinan sekolah meyakini bahwa selama siswa bisa datang ke sekolah atau kampus, mereka harus diupayakan untuk bisa berpartisipasi dalam pendidikan jasmani. Jika prinsip ini dipatuhi, maka ini akan berarti bahwa program-program harus diadaptasikan dengan kebutuhan perorangan. Banyak anak-anak dan dewasa muda yang membaik dari penyakit atau operasi lama atau yang menderita kondisi fisik atau emosional yang memerlukan pertimbangan khusus dalam program-program mereka.
   
Tidak bisa diasumsikan bahwa semua individu dalam kelas-kelas pendidikan fisik adalah orang yang normal. Sayangnya, banyak program yang diberikan dengan asumsi bahwa semua siswa adalah orang yang normal. Sekolah dan kampus akan selalu memiliki siswa-siswa yang, karena banyak faktor seperti faktor keturunan, lingkungan, penyakit, kecelakaan atau alasan lain, memiliki gangguan fisik dan gangguan lainnya. Banyak dari  siswa ini yang memiliki kesulitan dalam menyesuaikan diri terhadap tuntutan masyarakat yang diberikan padanya. Ini adalah tanggung jawab program pendidikan jasmani untuk membantu setiap orang yang penyandang cacat untuk bisa turut serta dalam pendidikan jasmani. Walaupun seseorang tidak normal, ini tidak boleh dijadikan sebagai faktor penyebab pengabaian diri seseorang. Sebenarnya, hal ini justru perlu memberikan tantangan yang lebih besar untuk melihat apakah dia menikmati manfaat berpartisipasi dalam aktivitas fisik yang diadaptasikan sesuai dengan kebutuhannya. Ketersediaan sebuah program yang baik adalah kekurangan dari pendidikan jasmani karena kurangnya guru yang terlatih, biaya finansial untuk instruksi pemulihan, dan fakta bahwa banyak pimpinan sekolah atau guru yang tidak menyadari tanggung jawab mereka dan kontribusi yang mereka bisa berikan untuk fase pendidikan jasmani ini.

LUASAN KONDISI TIDAK NORMAL DIANTARA SISWA/MAHASISWA
   
Walaupun catatan-catatan yang ada sangat sedikit, namun ada beberapa perkiraan jumlah anak penyandang kondisi cacat di sekolah-sekolah negeri. Salah satu perkiraan menyebutkan bahwa ada 8 juga anak seperti ini di Amerika dan setengah diantaranya mendapatkan pendidikan yang tidak layak atau bahkan tidak mendapatkan pendidikan sama sekali.
   
Salah satu sumber menyebutkan terdapat sekitar 10.000 anak yang buta total dan 58.000 anak usia sekolah yang rabun. Ada lebih dari 500.000 pada masing-masing dari klasifikasi berikut ini: pincang, tuli, atau sulit mendengar. Ada sekitar 700.000 anak yang memiliki cacat dalam bertutur kata, dan beberapa anak dianggap tidak normal secara sosial. Setiap tahun di Amerika Serikat lebih dari 126.000 bayi lahir dengan keterlambatan mental. Saat ini diperkirakan bahwa ada lebih dari 7 juta anak yang terlambat mentalnya dan orang dewasa di Amerika Serikat. Disamping cacat, ada siswa yang memiliki kemampuan motoris buruk, kebugaran fisik rendah, dan masalah berat badan yang mewakili 20% hingga 25% dari total populasi sekolah. Yayasan Ford menunjukkan bahwa sekurang-kurangnya 50% anak-anak yang tinggal di kota cacat secara kultural. Ada juga lebih dari 500.000 anak-anak yang memiliki masalah kesehatan khusus.

PROGRAM ADAPTASI

Tujuan
   
Pendidikan fisik bisa bermanfaat bagi individu tertentu dengan berbagai cara. Ini bisa membantu dalam mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan dari dari keadaan normal dalam merujuk siswa-siswa ke orang-orang atau perwakilan yang lebih cocok, jika diperlukan. Ini bisa memberikan pengalaman yang menyenangkan kepada orang-orang yang tidak normal. Ini bisa membantu siswa mencapai keahlian fisik dan olahraga dalam batas-batas kemampuannya. Ini bisa memberikan banyak peluang untuk keahlian pembelajaran yang cocok untuk orang cacat dalam mencapai keberhasilan. Terakhir, pendidikan jasmani bisa berkontribusi bagi kehidupan yang lebih produktif untuk orang cacat dengan mengembangkan kualitas-kualitas jasmani yang diperlukan untuk memenuhi permintaan kehidupan sehari-hari.
   
Untuk membantu para siswa penyandang cacat mencapai pertumbuhan fisik, mental, emosional dan sosial yang efektif dalam sebuah program pendidikan jasmani terpilih dan aktivitas rekreasi, Arnheim dan rekan-rekannya telah membuat beberapa tujuan untuk pendidikan jasmani teradaptasi, antara lain:

Membantu siswa mengkoreksi kondisi-kondisi yang tidak dapat perbaiki
Membantu siswa melindungi diri mereka dari cedera dan kondisi-kondisi yang bisa terjadi sebagai akibat dari berpartisipasi dalam aktivitas pendidikan jasmani.
Memberikan peluang kepada para siswa untuk mempelajari berbagai aktivitas rekreasional yang cocok
Membantu para siswa mengembangkan kekuatan organik optimal dan kondisi fisik sesuai dengan kemampuan fisik mereka
Membantu para siswa memahami dan mengapresiasi kekurangan fisik dan mental mereka
Membantu para siswa berkembang secara sosial dan mencapai image diri yang bermanfaat
Membantu para mahasiswa untuk memahami, mengapresiasi, dan mengembangkan mekanika tubuh yang baik
Membantu para siswa memahami dan mengapresiasi olahraga yang mereka akan menjadi penontonnya
Perencanaan program pendidikan fisik teradaptasi
   
Untuk mendapatkan program pendidikan jasmani teradaptasi yang efektif, diperlukan pemikiran dan perencanaan yang matang. Anjuran-anjuran untuk perencanaan program pendidikan fisik teradaptasi mencakup:

1.Instruksi dan praktek keahlian dasar berupa pergerakan dan keahlian untuk rekreasi fisik harus diberikan kepada semua kelompok.
2.Program pendidikan jasmani reguler pada kelas intermediet dan kelas sekunder harus memberikan sekurang-kurangnya dua unit dalam mekanika pergerakan tubuh.
3.Jika ada kebutuhan akan bantuan khusus oleh siswa dalam mengatasi tatanan tubuh yang buruk, harus ada kelas khusus di sekolah dimana kelas ini memungkinkan dengan penunjukkan perorangan dalam kelas reguler di sekolah lain.
4.Mulai dari TK sampai sekolah tinggi, setiap unit pengajaran harus direncanakan untuk mengajarkan keahlian motoris untuk pola-pola pergerakan yang pada gilirannya akan memberikan pengalaman pada aktivitas-aktivitas yang tercakup dalam program tersebut.
5.Jika kemampuan siswa terbatas, dia harus diizinkan untuk berpartisipasi dalam sebuah kegiatan reguler jika pengalamannya bisa bermanfaat.
6.Jika kondisi seorang siswa memerlukan istirahat dan relaksasi, ini harus diberikan.
7.Kebijakan tentang ketidakhadiran harus mempertimbangkan kesejahteraan siswa.
8.Jika seseorang memasukkan seorang siswa penyandang cacat fisik parah ke kelas-kelas khusus atau mengikuti prosedur lain untuk memberikan instruksi khusus kepada siswa, semua pengalaman harus dianggap dan dioperasikan sebagai bagian integral dari seluruh program pendidikan jasmani.
9.Dokter sekolah dan dokter keluarga harus memahami sifat dan cakupan program pendidikan fisik teradaptasi untuk merekomendasikan partisipasi seorang siswa dalam pendidikan jasmani.
Penjadwalan program teradaptasi
   
Sebelum menjadwalkan seorang siswa dalam program teradaptasi, seseorang memerlukan pemahaman menyeluruh tentang kondisi tidak normal seorang anak lelaki atau perempuan dan tipe prosedur yang paling baik dalam memenuhi perkembangan total mereka.
   
Ada prasangka yang muncul di kalangan para pemimpin pendidikan bahwa penjadwalan anak-anak tidak normal dan generasi mudah dalam kelompok tersendiri tidak selamanya memuaskan. Banyak pengajar yang telah mengkaji masalah ini merasa bahwa mahasiswa tidak normal harus melakukan pendidikan fisiknya bersama dengan siswa normal, dan disiapkan untuk kondisi cacat, program harus dimodifikasi dan metode-metode pengajaran khusus digunakan.
   
Di sekolah-sekolah besar, terkadang memungkinkan untuk menjadwalkan kelompok-kelompok tertentu untuk siswa yang memiliki beberapa jenis kelainan. Juga ada sekolah khusus yang telah didirikan untuk cacat yang parah. Akan tetapi, kedua prosedur ini tidak selamanya terbukti memuaskan karena perasaan bahwa penyandang cacat harus dijadwalkan pelajarannya bersama dengan siswa normal untuk alasan psikologi dan sosial.
Pemilihan aktivitas untuk pendidikan jasmani teradaptasi
   
Aktivitas-aktivitas harus dipilih untuk program pendidikan jasmani teradaptasi dengan kebutuhan mempertimbangkan kebutuhan siswa tidak normal setelah berkonsultasi dengan otoritas medis yang sesuai. Aktivitas-aktivitas yang dipilih harus mengembangkan keahlian-keahlian yang bermanfaat, menjaga kondisi kebugaran yang baik, dan mempertimbangkan kebutuhan sosial dan emosional mahasiswa. Tidak boleh ada aktivitas yang justru memperburuk cedera atau kondisi tidak normal yang telah ada. Tentu saja, semua aktivitas harus cocok dengan tingkat usia siswa. Sejauh memungkinkan dan sepraktis mungkin, aktivitas harus mencerminkan program reguler dari pendidikan fisik yang ditawarkan pada sekolah atau kampus. Biasanya, semakin sedikit perubahan yang dilakukan pada aktivitas asli, semakin merasa penyandang cacat bahwa dia berhasil dan tidak berbeda dengan siswa lainnya.

Guru dalam program teradaptasi
   
Di Amerika Serikat sekarang ini ada beberapa institusi yang menawarkan spesialisasi dalam bidang program pendidikan jasmani teradaptasi. Spesialis dalam pendidikan jasmani teradaptasi biasanya memiliki titel master atau doktor dan telah menjalani pendidikan khusus, fisiologi, sosiologi, dan bidang-bidang lainnya dalam pendidikan jasmani teradaptasi.
   
Juga penting bahwa pengajar jasmani dan guru kelas diberikan peluang untuk mengikuti pendidikan jasmani teradaptasi agar mereka mampu mendekati siswa mereka dengan pemahaman yang lebih tinggi. Disamping kualifikasi yang diperlukan oleh semua guru pendidikan jasmani, guru pendidikan jasmani teradaptasi harus memahami siswa yang memiliki kondisi tidak normal. Guru harus suka bekerja sama dengan siswa yang memerlukan bantuan khusus dan mampu membentuk raport yang baik untuk membangkitkan rasa percaya diri dalam pekerjaan yang perlu dilakukan. Guru harus mengapresiasi berbagai masalah kejiwaan dan emosional yang dihadapi orang yang tidak normal dan metode-metode dan prosedur-prosedur yang bisa diikuti untuk mengatasi masalah-masalah ini. Guru haruslah seorang psikolog, yang menciptakan minat dan menstimulasi motivasi terhadap aktivitas fisik untuk tujuan peningkatan perbaikan. Dia harus mampu memberikan tindakan korektif dibawah panduan dokter dan merencanakan program dengan bantuan mereka.

Prinsip-prinsip administratif
   
Pernyataan-pernyataan berikut dibuat untuk digunakan secara umum di sekolah-sekolah dan kampus bukan untuk sekolah khusus bagi anak-anak penyandang cacat. Prinsip-prinsip ini telah disetujui oleh Badan Direktur, Aliansi Kesehatan Amerika, Pendidikan Fisik, dan Rekreasi, dan diabsahkan oleh Komite Gabungan Masalah-Masalah Kesehatan di Bidang Pendidikan, Asisiasi Dokter Amerika, dan Asosiasi Pendidikan Nasional:
   
Adalah tanggungjawab sekolah untuk memberikan kontribusi bagi pengembangan potensi setiap individu yang percaya akan pelayanan yang diberikan sekolah. Ini merupakan sebuah prinsip pokok dalam keyakinan demokratis kita.

1.Ada kebutuhan akan pemahaman umum berkenaan dengan sifat “pendidikan fisik teradaptasi”
2.Ada kebutuhan akan “pendidikan fisik teradaptasi” di sekolah dan kampus.
3.“Pendidikan jasmani teradaptasi” memiliki banyak hal yang bisa ditawarkan ke individu yang menghadapi masalah-masalah kombinasi berupa pencarian pendidikan dan pemecahan masalah cacat.
4.Pelayanan langsung dan tidak langsung yang penting bagi pelaksanaan pendidikan jasmani teradaptasi yang lebih baik harus tersedia di sekolah-sekolah.
5.Penting agar panduan medis yang memadai tersedia bagi para guru pendidikan jasmani teradaptasi.
6.Para guru dari pendidikan jasmani teradaptasi memiliki tanggungjawab besar serta peluang yang tidak umum.
7.Pendidikan jasmani teradaptasi perlu pada semua tingkatan sekolah.

PEMBAURAN SISWA NORMAL DAN SISWA CACAT
   
Pembauran berarti bahwa orang yang cacat mendapatkan pendidikan, termasuk pendidikan jasmani, bersama dengan orang yang tidak cacat, selama sifat cacat yang dimiliki sedemikian rupa sehingga pendidikan dalam ruang kelas reguler atau gimnasium tidak bisa dicapai dengan cara yang memuaskan, bahkan dengan penggunaan bantuan dan jasa tambahan. Undang-undang pusat tidak memaksudkan bahwa semua anak penyandang cacat akan menjadi bagian dari siswa cacat yang bisa diuntungkan karena memiliki pendidikan fisik bersama dengan siswa reguler yang harus dimasukkan ke kelas reguler.

Prinsip-prinsip yang berlaku bagi pembauran
   
Beberapa prinsip yang harus berlaku dan memandu konsep pembauran adalah sebagai berikut:

1.Semua siswa harus memberikan pengalaman pembelajaran yang memuaskan, baik mereka “normal” atau cacat.
2.Ukuran kelas harus sedemikian rupa sehingga semua siswa bisa mendapatkan penawaran pendidikan yang memadai dan pengajaran yang efektif.
3.Fasilitas-fasilitas harus diadaptasikan untuk memenuhi kebutuhan semua siswa, termasuk yang cacat.
4.Pembauran hanya boleh digunakan untuk siswa-siswa yang bisa diuntungkan dengan praktek seperti ini.
5.Evaluasi berkala harus terjadi untuk secara objektif menentukan efektifitas pembauran dalam hal kemajuan siswa.
6.Personil dukungan yang layak, seperti terapis berbicara atau seseorang yang terlatih dalam pendidikan jasmani untuk penyandang cacat, harus disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa yang cacat.
7.Administrasi harus mendukung program dan membuatnya mungkin untuk para guru yang terlibat dalam sebuah program seperti untuk memberikan suplai instruksonal yang diperlukan, ruang, waktu dan sumber daya yang diperlukan untuk secara memadai melakukan pekerjaan yang diperlukan.
8.Persiapan guru yang memadai harus bisa disediakan untuk semua guru yang akan atau yang terlibat dalam lingkungan siswa penyandang cacat.
9.Agar dukungan publik bisa diukur, sebuah program informasi publik yang memadai harus dilakukan oleh sekolah untuk memastikan bahwa orang tua, komunitas, dan masyarakat umum menyadari program, keperluannya, dan apa yang dilakukan untuk anak.

Pembauran dalam program pendidikan jasmani untuk orang cacat
   
Pendidikan jasmani merupakan sebuah subjek dimana banyak yang bisa dilakukan untuk siswa-siswa cacat jika mereka dibaurkan, karena guru olahraga bertugas untuk memahami orang-orang cacat dan tipe program yang paling cocok dengan kebutuhan mereka. Apakah sebuah program berhasil atau tidak tergantung pada guru dan kemampuannya untuk mengindividualisasi penawaran untuk memenuhi kebutuhan setiap siswa dalam kelas. Penting untuk memilih program aktivitas secara cermat.
   
Guru olahraga harus menggunakan pendekatan dalam mengajari berbagai jenis siswa cacat. Pemeriksaan medis menyeluruh harus menjadi tahapan pertama. Bantuan pribadi akan diperlukan dari waktu ke waktu. Perubahan aktivitas akan diperlukan pada banyak kasus. Siswa catat harus merasa mereka telah mencapai dan berhasil dalam usaha mereka. Setiap siswa penyandang cacat harus dibuat merasa sebagai bagian dari program pendidikan jasmani.

STRUKTUR ORGANISASI YANG DIANJURKAN UNTUK SISWA CACAT

Berbagai struktur organisasi telah dianjurkan untuk siswa-siswa penyandang berbagai kondisi cacat. Beberapa siswa bisa memiliki cacat parah dan beberapa mungkin memiliki kondisi cacat ringan. Struktur organisasi yang dipilih harus memenuhi kebutuhan dari masing-masing siswa.
Beberapa struktur organisasi yang bisa dipertimbangkan mencakup:

Para siswa ditempatkan dalam kelas-kelas tertentu
Para siswa ditempatkan dalam kelas reguler, dengan atau tanpa layanan pendukung
Para siswa ditempatkan dalam kelas-kelas khusus selama beberapa bagian hari sekolah
Para siswa diajari di rumah
Para siswa ditempatkan dalam kelas reguler dengan layanan pendukung
Para siswa ditempatkan dalam sekolah-sekolah khusus yang merupakan bagian dari sistem sekolah publik
Para siswa dipersiapkan dengan memanfaatkan program diagnostik khusus.
Puthoff menganjurkan bahwa keempat struktur organisasi berikut harus dipertimbangkan dalam pendidikan jasmani:

1)Kelas terpadu atau gabungan. Siswa penyandang cacat ditempatkan dalam kelas reguler dengan modifikasi-modifikasi yang dibuat jika diperlukan.
2)Struktur kelas ganda. Siswa-siswa penyandang cacat ditempatkan dalam sebuah kelas terpadu pada beberapa waktu dan dalam sebuah setting dimana mereka bisa berkonsentrasi pada kebutuhan mereka masing-masing.
3)Kelas terpisah. Siswa penyandang cacat ditempatkan dalam sebuah kelas yang terpisah dari kelas pendidikan fisik reguler.
4)Rencana model fleksibel. Para siswa penyandang cacat ditempatkan dalam kelas-kelas reguler ketika mereka bisa merasa secara aman dan berhasil berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang disediakan dan ditempatkan dalam sebuah kelas terpisah ketika lebih banyak instruksi dan pengalaman individu yang diperlukan karena cacat mereka.

STRATEGI-STRATEGI UNTUK MENGAJAR SISWA CACAT
   
Disamping struktur organisasi, kita perlu mempertimbangkan metode apa yang paling efektif dalam mengajari siswa-siswa cacat. Lagi, seperti dengan struktur organisasi, metode-metode ini akan bervariasi seiring dengan sifat cacat yang dimiliki masing-masing anak.
   
Puthoff menggariskan empat strategi instruksional yang bisa digunakan ketika mengajarkan pendidikan jasmani kepada siswa-siswa penyandang cacat.

1.Modifikasi isi. Tujuan mengajari siswa penyandang cacat adalah untuk mengindividualisasi instruksi, memodifikasi elemen-elemen seperti tujuan, sasaran perilaku, dan aktivitas-aktivitas untuk memenuhi perbedaan individual.
2.Modifikasi laju pembelajaran. Laju pembelajaran untuk siswa cacat bisa dimodifikasi dimana siswa menentukan langkah pembelajaran mereka sendiri.
3.Opsi-opsi gaya mengajar/pembelajaran. Jumlah waktu yang dihabiskan oleh seorang guru dengan masing-masing siswa bisa berbeda. Ini didasarkan pada dugaan bahwa beberapa siswa akan memerlukan lebih banyak bantuan guru dibanding lainnya.
4.Setting lingkungan kelas internal. Sebuah metode keempat pengorganisiran untuk instruksi adalah dalam sebuah kelas guru bisa menciptakan setting berbeda untuk melayani kebutuhan dari masing-masing siswa penyandang cacat.

KONTRIBUSI PENDIDIKAN JASMANI UNTUK BERBAGAI TIPE KONDISI TIDAK NORMAL

Tidak ada satu cara tunggal untuk mengelompokkan siswa dalam program teradaptasi. Seperti telah disebutkan, ada banyak tipe laki-laki dan perempuan berbeda dalam program ini. Akan cukup bijak bagi guru olahraga untuk duduk bersama dengan dokter sekolah, psikolog sekolah, dan perawatan dan memasukkan dalam perencanaan mereka berbagai tipe siswa tidak normal yang mereka miliki dalam institusi mereka. Pembahasan dalam bidang ini mencakup kondisi-kondisi tidak normal berikut: (1) Penyandang cacat fisik, (2) penyandang cacat mental, (3) penyandang cacat emosional, (4) dirugikan secara kultural, (5) terkoordinasi dengan buruk, dan (6 siswa yang kreatif dan berbakat secara jasmani.

Siswa penyandang cacat fisik
   
Apapun cacat fisik yang dialami, program pendidikan jasmani harus diberikan. Beberapa siswa penyandang cacat akan mampu berpartisipasi dalam sebuah program pendidikan jasmani reguler dengan modifikasi tertentu.
   
Cacat fisik, yang penyebabnya bisa dari faktor keturunan atau kongenital atau bisa terjadi selanjutnya dalam kehidupan melalui faktor-faktor lingkungan seperti malnutrisi, penyakit, atau kecelakaan, terkadang menyebabkan sifat psikologis dan sosial negatif untuk terjadi karena kekurangan-kekurangan yang ditimbulkan pada individu yang bersangkutan. Siswa yang cacat secara fisik terkadang diabaikan oleh teman sekelasnya yang tidak memahami sifat kecacatan atau yang mengasingkan siswa tersebut karena kecacatan mencegahnya untuk berpartisipasi penuh dalam aktivitas-aktivitas sekolah. Sikap-sikap terhadap penyandang cacat ini memaksa mereka untuk menarik diri dari pergaulan agar dapat menghindari rasa sakit. Beberapa ahli telah menyebutkan bahwa kekurangan-kekurangan cacat sering terlihat lebih parah bagi pengamat dibanding yang sebenarnya dialami oleh orang yang bersangkutan.

Siswa yang terlambat mental
   
Keterlambatan mental bisa disebabkan oleh kelainan-kelainan bawaan, cedera lahir, atau kecelakaan atau penyakit yang mengarah pada gangguan fungsi otak. Ada beberapa tingkatan keterlambatan mental mulai dari keterlambatan mental parah, sampai keterlambatan mental yang bisa dididik, yang berfungsi hanya dengan sedikit tingkat gangguan.
   
Banyak agensi yang sedang melakukan penelitian tentang keterlambatan mental untuk mencoba menemukan penyebab dan sifat keterlambatan mental dan metode-metode melalui mana keterlambatan bisa dicegah. Beberapa agensi sedang mengoperasikan sekolah-sekolah pelatihan inovatif untuk mereka yang terlambat mental.
   
Siswa yang terlambat perkembangan mentalnya menunjukkan banyak keahlian intelektual dan fisik. Beberapa siswa yang terlambat mental mampu berpartisipasi dalam kelas pendidikan jasmani reguler, sedangkan yang lainnya mampu mengembangkan hanya sedikit dari kemampuan motoris. Secara umum, kebanyakan siswa yang terlambat mental berusia 2 sampai 4 tahun di belakang rekannya yang normal dalam hal perkembangan motoris saja.
   
Mereka yang terlambat mentalnya memerlukan guru olahraga yang memiliki pelatihan khusus, keahlian khusus, dan kesabaran yang luar biasa, karena mereka ini kekurangan kepercayaan diri dan memerlukan guru olahraga yang akan membantu mereka merubah image diri yang negatif. Guru olahraga harus mampu memberikan program yang dirancang untuk memberikan masing-masing siswa sebuah peluang untuk berhasil. Dia harus mampu menunjukkan masing-masing keahlian, memberikan arahan yang sederhana dan ringkas, dan mau berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas pendidikan fisik dengan siswa. Disiplin harus ditegakkan dan standar-standar harus diikuti.
   
Kebanyakan siswa yang mengalami keterlambatan mental perlu diajari bagaimana cara bermain. Mereka sering tidak terbiasa bahkan dengan permainan anak-anak yang paling sederhana, dan mereka kekurangan fasilitas dalam pergerakan alami, seperti meloncat, lompat, dan melangkah. Mereka yang terlambat mental sering kekurangan kebugaran fisik dan perlu bekerja dengan perbaikan postural. Lebih jauh, siswa yang terlambat mentalnya merasa sulit untuk memahami dan mengingat strategi permainan, seperti pentingnya tinggal pada posisi yang tepat, dan tidak bisa mengikut aturan permainan dan olahraga dengan baik.
   
Kebanyakan siswa yang terlambat perkembangan mentalnya memerlukan pengalaman pendidikan fisik yang terbantu khusus. Bagi mereka yang bisa berpartisipasi dalam sebuah kelas pendidikan jasmani reguler, kita harus berhati-hati sehingga siswa-siswa ini tidak ditempatkan pada sebuah situasi dimana mereka akan menemukan kegagalan. Aktivitas-aktivitas bisa dimodifikasi dengan mudah dan pengalaman-pengalaman baru diperkenalkan sebelum minat mereka menyusut.

Siswa yang terganggu emosional
   
Siswa yang terganggu emosional memberikan masalah khusus bagi guru olahraga, yang harus memperhatikan tidak hanya pengajaran tetapi juga keamanan siswa dalam ruang kelas.
   
Siswa yang terganggu secara emosional memiliki efek berbahaya terhadap kelas dan bisa mempengaruhi perilaku siswa lainnya dalam kelas. Pengajaran yang efektif tidak bisa terjadi apabila disiplin terganggu.    
   
Siswa-siswa yang terganggu emosional memiliki kesulitan dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan teman sekelas dan guru mereka. Beberapa dari pola perilaku mereka yang tidak normal berakar dari kebutuhan dan pencarian perhatian. Terkadang siswa yang mengganggu menunjukkan pola-pola keagresifan kasar. Siswa-siswa yang tidak stabil emosinya bisa dikeluarkan dari kelompok yang mereka tolak untuk berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas kelas, bahkan dengan menolak laporan untuk kelas.
   
Siswa-siswa yang tidak stabil dari segi emosi sering tidak tenang dan tidak mampu memberikan perhatian. Pada sebuah kelas pendidikan jasmani mereka bisa mempermainkan dan memprovokasi siswa yang lain, dan aktivitas-aktivitas mengganggu lainnya. Beberapa siswa yang terganggu emosinya mungkin memiliki cacat mental atau fisik yang memberikan kontribusi bagi perilakunya tersebut. Para guru olahraga akan menemukan bahwa tidak semua siswa yang terganggu emosional merupakan masalah perilaku yang serius dan terus menerus. Guru olahraga harus memiliki konferensi pribadi dengan siswa yang perilakunya terkadang tiba-tiba menjadi negatif dan mencoba untuk memahami mengapa siswa bereaksi dengan yang tidak biasanya terhadap dirinya.

Siswa-siswa yang dirugikan secara kultural
   
Baru-baru ini, siswa-siswa yang dirugikan secara kultural telah menjadi pertimbangan utama bagi berbagai komunitas dan bagi sekolah-sekolah yang melayani komunitas ini. Pada guru olahraga profesional sangat menyadari bahwa kerugian kultural mencakup semua jenis budaya yang ada. Kultur kemiskinan khususnya tampak di pusat-pusat kota besar. Orang-orang yang dirugikan secara kultural bisa ditemukan di Appalachia, suburbia, dan kota-kota kecil yang terisolasi.
Siswa yang kreatif dan berbakat
   
Siswa-siswa yang kreatif dan berbakat dalam pendidikan jasmani juga memelrukan pengalaman pendidikan fisik yang terarahkan.
   
Siswa yang berbakat memiliki kemampuan keahlian motoris yang sangat baik dalam berbagai aktivitas dan mempertahankan tingkat kebugaran fisik yang tinggi. Siswa ini bisa menjadi atlit bintang. Pada situasi permainan, dia selalu terlihat pintar di segala posisi. Siswa yang berbakat secara fisik belajar dengan cepat dan memerlukan instruksi individual yang sangat minimum.

0 comments:

Post a Comment